Aulus Gellius: NOCTES ATTICAE, 1.23
Dari Hans H. Ørberg: SERMONES ROMANI
Teks Indonesia:
TENTANG KEBOHONGAN PAPIRIUS SI ANAK LAKI-LAKI
- Pada zaman dahulu para senator Roma memiliki kebiasaan untuk membawa anak remaja laki-laki mereka ke dalam Curia (gedung Senat Roma) bersama mereka.
- Kemudian, setiap kali ada pembahasan mengenai sebuah perihal penting apapun di Senat, di akhir hari yang sama, mereka diperintahkan untuk kepantasan bersama, ‘agar perihal yang sebelumnya dibahas untuk tidak dibocorkan oleh siapapun sebelum (perihal tersebut) diumumkan’. Suatu hari, ibu dari anak muda laki-laki bernama Papirius, yang sebelumnya pergi bersama ayahnya ke Curia, bertanya kepada anaknya “apa sajakah yang dilakukan oleh para senator di dalam senat?”
- Anak muda tersebut menjawab bahwa dirinya harus diam (mengenai hal tersebut), dan tidak semestinya membicarakan hal tersebut.
- Wanita itu menjadi ingin mendengarnya: rahasia dari perihal itu dan kediaman anaknya mendorong hatinya dengan sangat untuk bertanya lebih jauh. Bertanyalah ibu itu dengan lebih memaksa dan bersemangat.
- Kemudian anak tersebut, dengan dorongan ibunya, membuat rencana untuk berbohong dengan cerdik dan dengan riang hati kepada ibunya. Katanya: ‘Sedang dibahas di senat, yang manakah yang lebih berguna untuk berguna untuk kepentingan publik: satu laki-laki memiliki satu atau dua istri, atau satu perempuan memiliki dua suami?!’
- Setelah mendengar hal ini, terguncanglah hati ibu tersebut dan dengan cepatnya pergi ke rumahnya untuk melakukan pekerjaannya yang lain.
- Pada keesokan harinya, datanglah ibu-ibu dari berbagai keluarga secara berbondong-bondong. Dengan airmata dan permohonan, mereka memohon, ‘untuk lebih baik satu perempuan untuk memiliki dua suami dibandingkan satu laki-laki memiliki dua istri!’
- Para senator yang sedang berjalan masuk kedalam Curia kebingungan mengenai siapakah perempuan-perempuan marah tersebut dan hal apakah yang ingin diminta kepada para senator disana.
- Papirius si anak laki-laki berjalan ke tengah Curia dan bercerita mengenai apa yang ibunya ingin ketahui (dari senat), yang dirinya sendiri katakan ke ibunya, dan hal yang telah terjadi sebelumnya.
- Senat sangat menghargai kesetiaan dan kepintaran anak muda tersebut. Karena itu, dibuatlah peraturan ‘untuk sejak hari ini, tidak boleh ada anak laki-laki yang pergi bersama ayahnya ke Curia – kecuali anak satu Papirius ini’. Kemudian, sejak hari itu, kepada anak laki-laki tersebut diberikan sebagai tanda terima kasih gelar (cognomen) kehormatan Praetextatus, mengenai bagaimana dia bisa menjaga rahasia dan bagaimana dia bisa berbicara dengan baik di umurnya yang masih muda dengan bijaksana.
Komentar:
Kisah ini diambil dari sebuah buku berjudul “Noctes Atticae” (malam Attic) yang ditulis oleh Aulus Gellius yang hidup pada abad ke-2 M. Buku ini adalah buku pengetahuan umum. Akan tetapi, berbeda dengan buku pengetahuan umum zaman sekarang yang masih memiliki satu pembahasan topik yang jelas, buku pengetahuan pada abad ke-2 M lebih mirip seperti catatan-catatan pribadi seseorang dari zaman ini. Buku Noctes Atticae tidak memiliki satu tema tertentu. Sebaliknya, buku ini membahas hal-hal yang bervariasi, mulai dari filsafat, sejarah, kisah-kisa zaman dahulu, dan berbagai hal-hal lainnya.
Sebelum membahas kira-kira kapankah kisah ini terjadi, kita harus terlebih dahulu memahami bagaimana nama orang Roma bekerja. Tidak seperti orang-orang zaman sekarang yang hanya memiliki dua kelompok nama (nama pribadi dan nama keluarga), orang Roma memiliki tiga nama, praenomen (nama pribadi), nomen (nama keluarga), dan cognomen (nama cabang keluarga). Contohnya, Gaius Iulius Caesar memiliki praenomen “Gaius” yang digunakan untuk orang-orang terdekat untuk memanggilnya, nomen “Iulius” sebagai nama keluarganya, dan Caesar sebagai nama cabang keluarganya. “Gelar” “Praetextatus” yang diberikan kepada Papirius diberikan dalam bentuk cognomen, sehingga namanya setelah hari tersebut adalah “Papirius (nomen) Praetextatus (cognomen)”. Praenomen bocah Papirius tidak diberikan dalam cerita ini.
Aulus Gellius sendiri tidak menyebutkan kapankah “zaman terdahulu” ini, atau kapankah kebiasaan ini diberhentikan. Akan tetapi, berdasarkan pencarian penulis, nampaknya kebiasaan ini sepertinya telah diberhentikan cukup lama sebelum Noctes Atticae sendiri ditulis. Penulis menemukan seseorang bernama Quintus Sulpicius Camerinus Praetextatus yang menjadi seorang Consul (Konsul) pada tahun 434 SM sebagai orang pertama yang dicatat memiliki cognomen “Praetextatus”. Akan tetapi, tidak diketahui apakah Sulpicius memiliki hubungan darah dengan Papirius Praetextatus, sebab nampaknya tidak seperti nomen yang selalu mengikuti nomen ayah, cognomen tidak memiliki peraturan yang terlalu ketat. Contohnya, saat Kaisar Augustus lahir, nama yang diberikan kepadanya adalah “Gaius Octavius Thurinus”, sedangkan ayahnya bernama hanya bernama “Gaius Octavius” tanpa cognomen. Oleh karena itu, kisah ini bisa saja terjadi pada masa sebelum tahun 434 SM, atau setelah tahun tersebut.
Keluarga Papirius sendiri nampaknya merupakan keluarga yang memiliki sejarah yang panjang dan tidak asing dengan kehidupan politik. Orang pertama yang ditemukan penulis dari keluarga Papirius adalah Lucius Papirius Mugillanus, seorang Consul pada tahun 444 SM.
Aulus Gellius juga tidak memberikan detil yang mendalam mengenai kebiasaan membawa anak laki-laki ke gedung senat. Akan tetapi, berdasarkan budaya Roma, nampaknya kebiasaan ini memiliki beberapa kepentingan. Pertama, dengan membawa anak laki-laki mereka ke Curia, para senator Roma dapat mendidik anak mereka soal bagaimana negara mereka dijalankan. Selain itu, karena setiap anak laki-laki seorang senator juga diharapkan (atau ditekan) oleh masyarakat untuk melanjutkan pekerjaan ayah mereka di senat di masa depan nanti, kegiatan ini secara tidak langsung juga mendidik anak-anak tersebut mengenai pekerjaan mereka. Kedua, dengan membawa anak-anak mereka, para senator bisa memperkenalkan anak-anak mereka ke rekan-rekannya dan membangun jaringan kerja untuk pekerjaan dan kepentingan mereka di masa depan. Institusi senat Roma sendiri tetap memegang prestise tersendiri sampai kejatuhan Roma Barat, meskipun institusi tersebut tidak memiliki kekuatan efektif setelah zaman Imperator Caesar Augustus (atau Kaisar Augustus).
Kisah pendek ini diterjemahkan langsung dari bahasa aslinya, yakni bahasa Latin abad ke-2 M. Penerjemah mencoba untuk sebaik mungkin mengikuti alur teks aslinya. Akan tetapi, karena perbedaan mendasar struktur syntax bahasa Latin dan bahasa Indonesia, penulis terpaksa membuat beberapa perubahan dalam bagaimana sebuah kalimat disampaikan. Penulis berharap dengan terjemahan ini, pembaca dapat memiliki gambaran mengenai kehidupan dari orang-orang di masa lampau, orang-orang yang kehidupannya memiliki pengaruh, baik besar maupun kecil, pada kehidupan kita semua di masa kini.
Teks Latin (Latinā scripta):
DE MENDACIO PAPIRII PVERI
Aulus Gellius: NOCTES ATTICAE, 1.23
- Mōs anteā senātoribus Romae fuit in Cūriam cum praetextātis filiīs introīre.
- Tum, cum in senātā rēs māior quaepiam consultāta eaque in diem posterum prōlāta est placuitque ‘ut eam rem super quă tractāvissent nē quis ēnūntiāret priusquam dēcrēta esset’, măter Papīriī puerī, qui cum parente suo in Cūriā fuerat, percontāta est filium ‘quidnam in senātū patrēs ēgissent?
- Puer respondit ‘tacendum esse, neque id dīci licēre’.
- Mulier fit audiendi cupidior: sēcrētum reī et silentium puerī animum eius ad inquirendum ēverberat. Quaerit igitur compressius violentiusque.
- Tum puer, mātre urgente, lepidī atque fēstīvi mendācii consilium capit: ‘Āctum in senātū’ dīxit, utrum vidērētur ūtilius exque rē pūblică esse: ūnusne ut duās uxorēs habēret an ut ūna apud duos nupta esset?!’
- Hoc illa ubi audivit, animus compavēscit, domō trepidāns ēgreditur, ad cēterās mātrônās pergit.
- Vēnit ad senātum postrīdiē måtrum familiās caterva. Lacrimantēs atque obsecrantēs õrant ūna potius ut duobus nupta fieret quam ut ūni duae!’
- Senātōrēs ingredientēs in Cūriam, quae illa mulierum intemperiēs et quid sibi postulātiö istaec vellet, mirābantur.
- Puer Papīrius in medium Cūriae progressus, quid māter audire institisset, quid ipse mātri dixisset, rem sicut fuerat dēnārrat.
- Senātus fīdem atque ingenium puerī exōsculātur, cōnsultum facit ‘uti posthāc puerī cum patribus in Cūriam nē introeant – praeter ille ūnus Papīrius’, atque puerō posteā cognōmentum honōris grātiā inditum Praetextātus ob tacendī loquendīque in aetāte praetextae prūdentiam.