Categories
Refleksi

Refleksi Filsafat Gabriel Marcel

Filsafat kerap dianggap sebagai ilmu yang sulit. Tak umum, tak bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tak jarang masalah yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari justru berhubungan dengan filsafat. Dan salah satu tokoh yang membahas bagaimana menggunakan refleksi dalam kehidupan adalah Gabriel Marcel.

Filsafat kerap dianggap sebagai ilmu yang sulit. Tak umum, tak bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau Anda sedang berkumpul bersama teman-teman di warung kopi lalu tiba-tiba membahas Hegel, bisa jadi Anda tak akan punya teman keesokan harinya. Sekilas, memang filsafat terkesan jauh dari realitas. 

Namun, tak jarang masalah yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari justru berhubungan dengan filsafat. Menentukan jenjang karier atau memilih pasangan, misalnya. Sepintas hanya sekadar memilih, namun kalau kita berada di posisi demikian, hampir pasti akan muncul dilema. Pemikiran yang berkecamuk di kepala kita, sebenarnya sudah termasuk dalam masalah yang dibahas filsafat. Dan salah satu tokoh yang membahas bagaimana menggunakan refleksi dalam kehidupan adalah Gabriel Marcel. 

Gabriel Marcel adalah seorang filsuf asal Prancis. Lahir pada tahun 1889. Semasa hidup ia terkenal salah satunya lewat “Friday Evening”, yaitu diskusi yang diselenggarakan tiap hari Jumat, di mana topik yang dibicarakan adalah tentang filsafat. Orang-orang yang pernah hadir di sana antara lain Paul Ricoeur, Emmanuel Levinas, dan Jean-Paul Sartre. Secara garis besar, Marcel adalah seorang filsuf yang menolak adanya sistematisasi dalam filsafat. Sistematisasi mematikan pikiran-pikiran yang hidup, karena itu ia menolaknya. 

Salah satu sumbangsih Marcel adalah pemecahan tentang masalah eksistensi. Menurut Marcel, eksistensi adalah situasi konkret manusia di dalam dunia. Eksistensi tak bisa dianggap sebagai objektivitas (sesuatu yang objektif). Dengan kata lain, apa yang menjadi pengalaman konkret Anda saat ini, belum tentu sama dengan yang orang lain alami. Hal yang konkret itu misalnya: kewarganegaraan, usia, watak, warna kulit, dan semacamnya. Eksistensi adalah cakupan semua hal-hal tersebut. 

Dalam perjalanan hidupnya, manusia tidak secara eksplisit menyadari situasinya. Ketika bertemu dengan orang lain, baru manusia bisa menyadari lebih jelas tentang eksistensi mereka. Agar dapat mencapai eksistensi yang seutuhnya, manusia harus melakukan refleksi diri. Refleksi ini kelak akan membuat manusia lepas dari perasaan yang menganggap hidup ini sebagai nasib, menuju keadaan yang diterima secara sungguh-sungguh. 

Dalam peralihan ini, ada tiga langkah. Pertama admiration (kekaguman), kedua reflection (refleksi), dan ketiga exploration (eksplorasi). 

Kekaguman adalah langkah pertama. Di sini muncul adanya rasa heran pada kondisi kehidupan yang kita alami. Ini menjadi langkah awal untuk menuju eksistensi yang utuh. Namun admiration semata tak cukup. Langkah kedua adalah refleksi, ini yang menjadi hakikat filsafat. Di sini terdapat dua jenis refleksi, yaitu “refleksi pertama” dan “refleksi kedua”. Yang pertama, bersifat abstrak, analitis, objektif dan universal, sedangkan yang kedua bersifat personal dan dialektis. 

Refleksi pertama adalah refleksi yang dijalankan oleh ilmu pengetahuan. Contoh, saya hendak memilih karier sebagai pemain sepak bola atau dosen. Dalam contoh di kehidupan nyata tersebut, refleksi pertama adalah ketika saya memetakan konsekuensi-konsekuensi dari pilihan yang ada. Bila saya memilih A maka yang terjadi adalah B, bila saya memilih C yang terjadi adalah D, begitu seterusnya. 

Namun refleksi kedua berada dalam suasana yang berbeda. Menurut Marcel, ia berada dalam proses permenungan (recueillement). Dalam contoh di kehidupan nyata, masalah memilih karier adalah persoalan eksistensi. Bagaimana kita berada di dunia ini, sebagai pemain sepak bola atau sebagai dosen? Pilihan yang kita pilih menentukan bagaimana kita bereksistensi. Dalam tahap ini, kita harus berdialog dengan diri sendiri. 

Setelah melewati dua tahap ini, maka kita dapat masuk dalam tahap eksplorasi. Di sini kita mampu menerima bagaimana Ada-nya hidup kita sebagai individu, serta turut aktif di dalamnya. Saya mampu menerima secara bebas realitas di mana saya berada. 

Kini kita sudah mengerti bagaimana penerapan refleksi filsafat Gabriel Marcel dalam kehidupan nyata. Pendekatan semacam ini sering juga disebut sebagai psikoanalisis ontologis, yang mengungkap Ada yang tersembunyi dalam individu. 

Referensi:

  1. Gabriel Marcel (Stanfrod Encyclopedia of Philosophy)
  2. Bertens, K. 2014. Sejarah Filsafat Kontemporer Prancis. Gramedia, Jakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *